03 Mei 2011

Di Batas Ketinggian

Di Batas Ketinggian

Pada satu pendakian kadangkala kita melihat hal yang cukup aneh. Di satu ketinggian setelah melakukan aktivitas yang berat kadang kita melihat salah satu rekan kita berbeda. Kita melihat si rekan itu begitu aktif, fisiknya terlihat prima bahkan masih bisa bercanda pula. Begitu pula ketika kita membaca di surat kabar mengenai kejadian yang menimpa pendaki, dari penuturan rekan seperjalanannya ‘si korban’ masih bisa turun gunung sambil berlari bahkan masih bisa bercanda.

Namun dari penampilan luar, seringkali bisa mengecoh. Tetapi bila ditelaah… Bayangkan, dalam keadaan lelah, (mungkin) lapar dan dingin, ia masih bisa aktif. Seolah-olah mendapatkan suntikan energi baru, kekuatan menjadi berlipat kali, bahkan sempat bercanda pula. Padahal kalau kita cukup peka dan sadar, barangkali canda itu akan terdengar agak aneh. Secara medis, keadaan demikian sudah menunjukkan gejala-gejala menurunnya kesadaran dan berkurangnya kontrol otak. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mungkin karena kelelahan, kekurangan oksigen atau hipoglikemia (kekurangan glukosa sebagai energi).

Sewaktu otot kita bekerja berlebihan, maka akan terjadi pelepasan kalsium yang meregulasi kontraksi dan aktivitas metabolik. Selama itu pula akan terjadi peningkatan konsentrasi kalsium dan kemudian si kalsium ini men-turns on si otot sehingga otot akan berada dalam kondisi tegang (kontraksi) terus menerus serta mengakibatkan kelelahan otot dan jaringan tubuh.

Di samping itu, kebutuhan otot akan oksigen juga meningkat 70 kali di atas normal (istirahat). Kebutuhan yang cepat dan panjangnya kelelahan otot akan meningkatkan aliran darah lokal, begitu pula densitas pembuluh darah pada otot yang bersangkutan akan meningkat. Seba-gai akibatnya, aktivitas otot ini membutuhkan suplai oksigen, nutrisi dan hormon-hormon dalam jumlah yang lebih banyak. Kondisi se-perti ini juga menyebabkan tubuh tidak dapat mengusir produksi panas dan produk metabolik lain seperti asam laktat. Pemuaian dan pe-ningkatan kapiler terjadi karena stres dinding pembuluh darah, sehingga aliran dan tekanan darah akan meningkat pula.

Akumulasi asam laktat selama kerja fisik berat merupakan suatu proses pertahanan tubuh berupa oksidasi asam laktat yang dibuat konstan. Bila ambang batas ini terlewati, maka akan terjadi proses glikolisis aerob. Semua ini dilakukan oleh tubuh sebagai upaya menyimpan energi karena asam laktat dapat dipecah kembali bila terdapat cukup oksigen yang bisa diperoleh bila kita cukup beristirahat. Pemecahan asam laktat tersebut dapat dipakai kembali oleh tubuh menjadi sumber energi baru. Jadi asam laktat sebenarnya bukanlah produk buangan, tetapi merupakan mekanisme tubuh untuk mempertahankan diri terhadap stres karena kerja berat. Nah, bila pada waktunya kita beristirahat, maka si oksigen secara perlahan tapi pasti akan tercukupi dan si asam laktat akan digunakan sebagai sumber energi kembali.

So, mari kita urut kembali mekanisme pertahanan tubuh kita untuk mengatasi kelelahan fisik:

1. Denyut jantung meningkat.

Jantung akan bekerja lebih cepat karena harus mengalirkan darah lebih cepat supaya bisa menangkap oksigen lebih banyak dan lebih cepat.

2. Perpindahan cairan ke paru-paru dan otak.

Aliran darah ke otak pun akan meningkat sebagai akibat kerja jantung tadi dan sebagai upaya memenuhi kebutuhan oksigen di otak. Pembuluh darah paru-paru akan mengerut yang mengakibatkan peningkatan resistensi terhadap aliran ke paru-paru dan meningkatkan tekanan darah paru.

3. Stimulasi ventilasi (volume napas/menit).

Yang ini akan menurunkan tekanan parsial karbondioksida (CO2) dalam alveoli untuk menyeimbangi tekanan parsial oksigen yang meningkat. Penurunan tekanan parsial CO2 alveolar menyebabkan konsentrasi asam karbonat dalam darah menurun dan meng-akibatkan darah menjadi lebih bersifat basa. Selanjutnya respon tubuh yang lain terjadi pada ginjal, di mana terjadi peningkatan sekresi bikarbonat untuk mengembalikan pH darah menjadi normal. Respon ini biasanya terjadi dalam 24 jam dan berakhir setelah beberapa hari.

Sampai di sini ternyata pertempuran dalam tubuh kita belum selesai. Selanjutnya bisa terjadi transfer oksigen ditingkatkan dengan cara meningkatkan densitas kapiler pembuluh darah, otot-otot dan mitokondria. Pada tahap akhir akan terjadi pelepasan natrium dan air dalam urine (air seni). Sehingga volume plasma menurun jauh dan terjadilah dehidarasi.

Yang lebih parah dari mekanisme di atas, bisa berakibat pembengkakan paru-paru dan otak. Kedua hal ini bisa fatal dan mengakibatkan kematian. Sebaliknya, bila tubuh kita sudah terlatih dan dengan cepat bisa beradaptasi maka mekanisme ini tidak akan terasa memberatkan. Dan dengan istirahat dan makan/ minum yang cukup, tubuh akan segera pulih. Karena itulah mengapa setiap pendaki dituntut untuk melakukan latihan fisik terlebih dahulu sebelum melakukan pendakian. Plus yang tidak kalah penting bekal yang cukup tinggi energi dalam jumlah yang memadai dan minuman isotonik.

Nah, berbagai cerita dan berita “korban” yang kita dapatkan, baik secara langsung maupun lewat surat kabar itu, Semoga pengalaman-pengalaman itu menjadi pelajaran yang berharga untuk kami semua. Selamat jalan………

sumber : http://catros.wordpress.com/2007/05/08/di-batas-ketinggian/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

beri petuah bijakmu