04 Mei 2011

Gunungku Menangis

Pendaki Gunung
Pendaki gunung merupakan kegiatan alam bebas yang menempati rating tertinggi di generasi muda. Selain menjanjikan pemandangan yang indah disetiap perjalanan, pendaki gunung tidak memerlukan keahlian khusus seperti pada panjat tebing caving ataupun rafting bahkan paralayang.mungkin kedua hala diatas yang menyebabkan gunung – gunung di Indonesia tidak pernah sepi dari pendaki baik dari kalangan pecinta maupun masyarakat awam,terlebih saat musim liburan. Seperti tokoku aja tiap liburan pastilah ramai pembeli tidak seperti hari – hari biasa, Menangislah aku.
Dilihat dari sisi daerah sekitarku aja, Gunbung Lawu, salah satu gunung di Indonesia yang menjulang dengan ketinggian 3265 mdpl dan terletak secara administratif pada daerah Karanganyar , Jawa Tengah. Merupakan salah satu gunung yang selalu mencatat jumlah pengunjung atau pendaki pada tiap minggunya mencapai nilai yang lumayan fantastis.dengan 4 jalur normal yang rata – rata memiliki waktu tempuh lebih kurang delapan sampai sepuluh jam Jalur Cemara 1000,Cemara Kandang, Candi Cetho.Jalur Jamus. Dan medan yang tidak terlalu sulit membuat gunung ini merupakan pilihan yang menarik bagi kalangan muda untuk mengunjungi/pendaki baik pecinta maupun masyarakat umum.
Namun sesuai dengan kata Pepetah. “ketika satu orang pendaki datang pada satu gunung, maka 17 jenis sampah akan menghiasi tempat itu”, maka jadilah 4 jalur gunung Lawu dihiasi dengan sampah – sampah kota ratusan bahkan ribuan sampah kota bertebaran disepanjang jalur pendakian, terutama pada tempat – tempat peristirahatan.
Bayangkan saja jumlah pengunjung 100orang pendaki perminggu, berarti terdapat seribu tujuratus sampah kota yang akan menjadi penghuni tetap dilokasi itu.apabila dari 100 orang itu sadar akan lingkungan hanya 5 orang berarti 1700 – 85 = 1615 (jumlah yang sangat .....? :\ ) lalu bangaimana jika hal tersebut terjadi dalam kurun waktu 5, 6, 7 bahkan 15 tahun.dengan jumlah orang lebih banyak berapa milyar sampah kota akan terkumpul di gunung tersebut.
Andai saja setiap pendaki (TERMASUK YANG MENAMAKAN PECINTA ALAM) memiliki kesadaran yang tinggi mungkin hal tersebut tidak terlalu dirisaukan, dan yang ditakutkan lagi apabila suatu saat diadakan kegiatan yang extrimis “penutupan jalur” misalnya. Pastilah kawan – kawan pendaki termasuk pecinta alam akan menjadi orang terdepan yang mencak-mencakk sambil melintir kumis... waduhhh marah besar nech..
Memang tidak seorangpun yang berhak menentukan perjalanan nasib sesuatu apalagi sebuah gunung yang duduk merenung dan tak bisa berkata. Tapi apakah kita tidak bisa berbuat atau menunjukancinta kita pada mereka . ya minimal bawa kembali sampah... jangan mengotori kalau tidak mau membersihkan dan janganlah menyakiti kalau tidak mau disakiti.
Bener ga temen – temen...!
Sory jeritan isi hati ketika ak liat seorang pendaki yang ngomongnya PECINTA ALAM tapi buang sampah se’enaknya.sedih rasanya... :/
(sumber:hijau adventure gear)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

beri petuah bijakmu